Self-healing amid the pandemic in 2020 (Part 2) - Melawan stigma
Melanjutkan postingan sebelumnya tentang menjalani proses self-healing di tengah pandemik Corona tahun 2020, saya mau berbagi pengalaman pribadi self-healing itu dengan lebih detail di postingan ini. I never imagined that I could embrace depression and make it my best friend ever. Dimulai dari trauma emosional beberapa tahun lalu yang menandai pertama kalinya saya punya suicidal thought, sulit konsentrasi, ga fokus, bicaranya kacau, menarik diri dari lingkungan sosial, sering lupa, memori lemah, merasa sendirian, hilang arah, sering tersesat di kantor sendiri, sedih berkepanjangan, dll dsb. Sakit emosional ini juga berdampak pada fisik saya yang jadi lemah, tiba-tiba radang tenggorokan, demam, meriang, dan mual-mual. Saya juga sering nangis kejer sendirian di kosan tengah malam dan cuma bisa nelpon temen deket dan saudara yang berkenan mendengarkan cerita saya. Saudara saya waktu itu menemani saya tiap weekend agar saya ga sendirian dan berbuat yang aneh-aneh. Thanks a lot for you, guy