How can friendship get along together?

Tiap kita masuk ke komunitas baru, kita pasti ketemu orang baru, temen baru, bahkan kalau cocok banget bisa jadi sobat baru. itu yang kejadian sama saya. Masuk ke komunitas baru yang namanya 'kampus', saya ketemu banyak orang baru dengan karakter yang baru. Saya pun membawa karakter saya yang baru menurut mereka. Semua orang beradaptasi, termasuk saya. Hasil dari adaptasi itu ngasih saya banyak teman dan beberapa sobat. Dari proses menjalin hubungan yang berakhir di pertemanan dan sobatan, saya jadi tahu bedanya pola pergaulan orang temenan sama sobatan.

Kalau hubungan yang terjadi antara kita dan orang lain cuma sekedar temenan, yang kita tahu tentang sifat temen cuma "oh, dia baik" atau "dia pendiam". Sedangkan kalau kita temenan sampe akrab banget, kita bakal tau sisi lain dari dirinya. Misalnya, sampe hapal suara kentutnya, kebiasaannya yang suka nyebar beha atau cangcut ke penjuru kamar, atau prosedur bangun tidurnya yang harus tendang kanan tendang kiri dulu baru bisa melek.

Jenis kedua itu emang lebih asik. Yah walaupun aib pribadi diketahui sekelompok orang, tapi seru sih menertawakan aib orang, haha <-- hasil didikan infotainment
Harap diwaspadai juga kalau kita temenan akrab sama pribadi yang ga klop sama kita. Misalnya kita orang alim tapi sobatan sama psikopat atau tukang mabok. Kemungkinannya ada dua, kalau ga kebawa-bawa jadi psikopat atau tukang mabok juga, ya kita temenannya pake senyum palsu alias temenan ga ikhlas dengan ganjalan di dada. Bukan ganjalan dada ala banci-banci salon,hehe.

Nah, pribadi-pribadi salah lainnya beda-beda buat tiap orang, cuma kita yang tau pibadi yang pas sama pribadi kita. Misalnya kita jenis orang yang anti banget ngomongin sobatnya di belakang, tapi kita sobatan sama yang suka ngomongin kita di status socmed. Persobatan yang ada bakal kayak kedondong. Luar dan dalamnya beda. Pas ketemu bisa senyum, ketawa-ketiwi bareng, berpelukan, kemana-mana bareng kayak teletubbies, tapi di dalem hatinya sih ga tahu, hehehe.  Option-nya, orang yang gemar ngomongin sobatnya di socmed itu harus nyari orang lain yang fine dengan sifatnya kalau memang pengen disayangi dengan tulus atau tetap temenan dengan ganjalan di dada. Contoh ketiga, bisa dilihat dari percakapan ini:

A : Bro, nama babeh lu Sumanto ya?haha. Sama kayak nama kanibal itu dong.
B : Iya dong. Karena babeh gua yang baik hati itu bernama Sumanto, jadi babeh gua bisa ngebuktiin kalo ga semua orang bernama Sumanto itu jahat, Bro.haha. Daripada emak lu namanye sama kayak kedai sate deket kosan gue.haha
A : Heh, lu ngomong jangan sembarangan, dong ! *berubah jadi Hulk*

Coba nganalisis yuks. Si B orangnya woles. Dia jawab candaan si A dengan candaan lagi, tapi si A  sifatnya eksklusif. Dicandain balik malah berubah jadi Hulk. Pertemanan mereka bakal penuh ganjalan di dada, kecuali si B keep woles sama sifat si A.

Yowis lah ya. Ini cuma pendapat dari sudut pandang saya. Perlu diketahui juga kalau saya nulis post ini dengan kepala dingin. Tanpa ada tujuan memancing pihak-pihak tertentu untuk berubah jadi Hulk. Sekian dan terima kasih.


Sumber gambar:
http://www.grazia.co.id/images/article/13/002/002/96/400/P
https://si0.twimg.com/profile_images/1914475470/woleslogo2.jpg

Comments

Post a Comment

Popular Posts