Self-healing amid the pandemic in 2020

Saya bikin tulisan ini untuk mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama pandemik di tahun 2020. Hal yang jarang terjadi, dan pastinya masing-masing orang memahami pengalaman ini dengan cara yang berbeda, yang menarik untuk saling diceritakan.

Paruh awal virus Corona mulai menyebar, saya masih tinggal jauh dari rumah. Jauuh banget. Padahal awalnya mau memperpanjang waktu stay di sana, akhirnya memutuskan pulang cepet karena ada hawa-hawa bakal lockdown dan berisiko ga bisa pulang :( Setelah tiba di Jakarta yang waktu itu belum ada kasus Corona samsek, I didn't have any idea what should we did right after we arrived. Belum ada protokol stay at home yang dijelaskan di bandara. Kami jadinya meraba-raba aja mengenai apa yang perlu kami lakukan yang kira-kira ga menimbulkan risiko besar. Tapi afterall kami beruntung lolos dari uji suhu tubuh di gate kedatangan dan bisa segera sampai di rumah.

Ada beberapa pengalaman menarik waktu pandemik 2020; terutama fase self-healing. Ini saya anggap sebagai pelajaran yang perlu diambil dari peristiwa pandemik. Self-healing ini mulai saya lalui karena diberi waktu "jeda" selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Ga disangka ternyata selama waktu jeda itu semua yang saya tahan bisa keluar bebas. Mulai dari kentut, boker, bersin, dll dsb. Bercanda deng :p

I mean semua hal yang sebenarnya harus diberi perawatan segera tapi malah dilupakan dan abaikan. Dan saya baru tahu kalau selama ini saya salah langkah. But it was okay, karena ketika kita baru menyadari ada yang salah dan berani mencari bantuan untuk itu, di situ lah fase penyembuhan kita dimulai. So I feel so damn lucky to start my healing time. Merasa lebih beruntung lagi karena ternyata masih banyak yang support dan sebenarnya bantuan ada dimana-mana, cuman saya nya aja yang ndableg sok-sok kuat. Padahal mah udah ga ada bentuknya.

This is not an easy one. Prosesnya lama dan hurts so much, bukan cuma diri sendiri tapi juga orang-orang sekitar. Proses ini berjalan bersamaan dengan anggota keluarga yang sakit, jadi makin menghiasi fase healing dengan latihan empati. So I thank my besties, sepupu, dan ponakan yang udah sabar bantuin saya. Saya hutang nyawa sama kalian :p Saya juga kagum dengan para musisi yang menaruh perhatian lebih pada hal ini; Isyana, Kunto Adji, RAN, Hindia, dan Fiersa Besari. Ada juga dr. Jiemi, Adjie Santoso, dan Into the Light. Beneran hutang nyawa deh sama kalian.

Comments

Popular Posts