What is your dream-type?

Jangan kira blog baru saya ini bakal jadi blog motivasi atau filosofis dan blabla. Sebenernya saya cuma pengen sharing dan sebenarnya pengen tahu pandangan temen-temen pembaca. Tapi karena ini blog baru yang belum punya temen dan masih duduk malu-malu di pojok kelas, jadi saya ga berharap banyak deh (*tatapan nanar).

Kalau ditanya soal mimpi (maksudnya cita-cita), anak-anak kecil pasti menjawabnya dengan profesi yang dianggap prestige di tengah masyarakat. Entah karena mereka dicekoki iklan yang menampilkan profesi tertentu dengan kerennya, atau mereka terinspirasi pekerjaan keluarganya. Tapi saya fikir mereka ga salah kalau hal itu bisa memacu semangat mereka buat belajar lebih keras di sekolah. Ga ada yang salah dengan mencari ilmu, kan?

Semakin dewasa, anak-anak kecil itu semakin logis dan mulai berfikir realistis tentang kehidupan mereka beberapa tahun ke depan. Tapi beberapa tidak. Nah, saya mau membahas dua jenis orang itu berdasarkan pengamatan saya (ceilee). Ga maksud offense.

1. Realistis
 Orang-orang tipe realistis menganut paham 'hemat energi', mereka akan mengambil keputusan yang tidak menyebabkan konsekuensi besar dalam hidupnya. Mereka lebih memilih untuk menggunakan fasilitas yang ada ketimbang memikirkan segala kemungkinan lain. Pola pikirnya logis dan kebanyakan mereka diwakili oleh novel 5cm. Nilai plusnya, mereka hidup di tengah ketenangan tanpa resiko yang mengancam. Nilai minusnya, setinggi apapun mimpi mereka dan walaupun itu tercapai, ga akan bisa lebih tinggi dari mimpi para high-dreamer.

2. High-dream
Orang-orang di tipe ini mucul setelah era Laskar Pelangi. Mereka berfikir ga ada yang ga mungkin asal mau berusaha dan berdoa. Istilah lebainya sih, langit dan laut pun bisa bertukar tempat, hehehe. Mereka berani ngambil resiko sebesar apapun dan memikirkan segala kemungkinan asal mimpinya tercapai. Kita akan merasa gerah bahkan menderita luka bakar bila dekat-dekat dengan mereka. Karena api semangatnya selalu berkobar, hehehe. Nilai plusnya, walaupun mimpi mereka tidak tercapai, proses perjuangan mereka akan meninggalkan pengalaman yang tak ternilai. Nilai minusnya, banyak hal yang akan di-trade off, khususnya bagi para heavy high-dreamers, termasuk hal krusial misalnya keluarga, masa muda, uang, dll.

Saya sendiri masuk kategori dua-duanya, saya seorang realistis yang memasukkan unsur high-dream dalam setiap langkah realistis saya. Misalnya setelah lulus nanti, saya ingin jadi apapun yang saya mau sebelum berkeluarga. Tapi setelah berkeluarga, saya akan kembali ke dapur, mengurus keluarga sambil bekerja yang ringan-ringan,hehehe. Gimana dengan kamu?

*kalo dibaca lagi kok tulisannya mirip tulisan di tabloid ibu-ibu gitu ya :(

Sumber gambar:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiww_Bx_ytq_Xuf6m5yGv7vpkmqbyecysL9cfhB0vrZB6oHzchZlM6w4YjQ-bOsbDFUDe-_-ALLRnEi36QE4uhgoMnh3E6HUWEPibyrtCvi39Jpuf5AyOyYVRFbpnv_LZL5uY5ac9Kc7Cb3/s1600/Idealis-Realism.jpg

Comments

Popular Posts